Lagi-Lagi Banji Merendam Kawasan Ibu Kota
|
Jalan menuju Casablanca, Jakarta Selatan, terendam banjir. |
Banjir mengepung Jakarta, Selasa 14 Januari 2014. Bukan hanya ibu kota RI itu yang terendam, tapi juga kawasan penyangga di sekitarnya seperti Depok, Bekasi, dan Tangerang. Hujan lebat di kawasan Jabodetabek sejak Minggu dini hari hingga Senin pagi membuat sejumlah ruas jalan menuju dan di dalam kota Jakarta terputus karena digenangi air dengan ketinggian bervariasi. (Baca: Ini 35 Lokasi Banjir di Jakarta)
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan status darurat banjir untuk wilayahnya. “Kami membuat surat untuk siaga darurat banjir. Sudah saya teken,” kata Gubernur DKI Joko Widodo di Balai Kota Jakarta. Surat itu dibuat sebagai panduan untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ranah kerjanya terkait penanggulangan bencana, seperti Dinas Pemadam Kebakaran dan Dinas Sosial, agar mereka bisa segera menjalankan tugasnya.
Pemprov DKI Jakarta juga meminta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk melakukan rekayasa cuaca di Jakarta demi mencegah meluasnya banjir. BNPB pun siap melaksanakan modifikasi cuaca. Mereka langsung menyiapkan semua kebutuhan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), mulai pesawat Hercules hingga bahan semai. Rekayasa cuaca ini juga dilakukan saat Jakarta dilanda banjir besar pada awal tahun 2013.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta sejak jauh hari menyatakan, Jakarta perlu melakukan modifikasi cuaca sepanjang puncak musim hujan, Januari-Maret 2014. “TMC dapat mengusir 35 persen awan hujan. Efektivitasnya lumayan untuk mengurangi dampak banjir,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD DKI, Danang Susanto.
Hujan lebat yang melanda Jabodetabek sebenarnya sudah diramalkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejak pekan lalu. BMKG menyatakan, seluruh wilayah di Indonesia berpotensi dihantam cuaca ekstrem berupa hujan lebat dan angin kencang. Hujan lebat yang diperkirakan mencapai kisaran 50 mililiter per hari, di Bogor turun lebih intens lagi hingga 104 mililiter.
Deputi BMKG Widada Sulistya mengatakan, cuaca ekstrem ini dipengaruhi pusaran angin bibit badai tropis yang berasal dari Darwin, Australia. “Jika bibit itu berubah jadi siklon, maka terjadilah angin kencang dan gelombang tinggi,” kata dia.
Pusaran angin dari Darwin itu sesungguhnya hanya menerjang Kupang, Nusa Tenggara Timur, sebelum bergerak ke barat daya untuk kembali lagi ke Australia. Namun dampak pusaran angin akan terasa di berbagai wilayah lain di Indonesia seperti Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan Papua bagian Selatan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, cuaca ekstrem di Indonesia saat ini merupakan pengaruh dari iklim global. “Mesir dan Timur Tengah dilanda hujan salju, padahal biasanya tidak. Amerika Serikat diterpa iklim yang luar biasa dingin. Kita di Indonesia terkena hujan badai dari Australia,” ujar dia.
Untuk itu Hatta meminta masyarakat bersama-sama pemerintah terus meningkatkan kewaspadaan akan ancaman bahaya cuaca ekstrem sehingga dampaknya bisa diminimalkan. “Saya yakin Pemprov DKI Jakarta sudah mengantisipasi penuh hal ini. Paling penting supaya rakyat jangan terlalu menderita,” kata calon presiden Partai Amanat Nasional itu.